Sedekah Terbaik
- LW gorontalo

- 30 Okt 2019
- 2 menit membaca

SEDEKAH TERBAIK
Abu Thalhah adalah seorang shahabat dari kalangan kaum Anshar. Nama aslinya adalah Zaid bin Sahl bin Al Aswad bin Haram An Najari Al Anshari Rhadiyallahu ‘anhu. Abu Thalhah adalah suami Ummu Sulaim, Ibu dari Anas bin Malik Rhadiyallahu ‘anhu. Dia termasuk shahabat yang banyak memiliki harta. Di antara harta beliau adalah kebun kurma yang banyak memberikan hasil. Dan di antara harta yang paling dia cintai adalah kebun kurma yang menghadap Masjid Nabawi. Rasulullah pun pernah masuk ke kebun tersebut kemudian minum airnya yang jernih.
Ketika turun ayat ini:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (Ali Imran: 92), maka Abu Thalhah hendak menyedekahkan kebun kurma yang paling dicintai tersebut di jalan Allah. Hal ini beliau lakukan dalam rangka untuk meraih kebaikan yang sempurna dan pahala dari Allah. Kebaikan yang dapat menghantarkan pelakunya ke surga.
Beliau bergegas datang kepada Rasulullah kemudian berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai,” dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma, maka kebun kurma tersebut aku sedekahkan untuk Allah ta’ala dan aku mengharap kebaikan dan pahalanya di sisi Allah. Maka gunakanlah kebun itu wahai Rasulullah ﷺ sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu.”
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh menakjubkan! Itu adalah harta yang sangat menguntungkan, itu adalah harta yang sangat menguntungkan dan aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Menurutku lebih baik kamu berikan kepada kerabatmu.”
Rasulullah memandang kerabat-kerabat Abu Thalhah lebih membutuhkan untuk disantuni. Maka beliau menganjurkan Abu Thalhah untuk menyedekahkan kebun kurma tersebut kepada kerabatnya. Mendengar jawaban Rasulullah ﷺ, Abu Thalhah berkata, “Aku akan melaksanakannya wahai Rasulullah.” Maka Abu Thalhah membagikan kebun kurmanya kepada kerabat dan anak pamannya.
Abu Thalhah telah membuktikan keimanannya. Beliau rela menyedekahkan harta yang paling dicintainya demi meraih kebaikan yang sempurna. Ini merupakan bukti kesempurnaan iman seorang hamba. Demikian dengan shahabat yang lain. Ketika mereka mendengar ayat ini mereka langsung mencari harta yang paling mereka cintai untuk diinfaqkan di jalan Allah. ............................................ “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS. Ali ‘Imran [3]: 92)





Komentar